Lanjutan cerita jalan bebas.
Keluar dari cijeruk lembang, kami masih belum ada tujuan jelas. Mau kemana lagi. Kalo gak salah jam menunjukkan 15.00 deh. (ini kira2 aja) loh. Dari pasar lembang, ada kepikiran mau tembus ke sersan bajuri. Tapi aku belum pernah ke jayagiri. Katanya lewat jayagiri kita bisa ke tangkuban perahu pakai jalan kaki. Bagiamana kalo kita ke sana? ujarku memberi usulan ke si macan. Dia setuju aja. Tanpa ragu lagi kami meluncur ke Jayagiri. Dan akhirnya memang benar, sampai di Jayagiri, memang mobil gak bisa terus lagi. Kita harus jalan kaki jika mau terus ke Tangkuban Perahu.
Di jayagiri, aku sempat...he he he maklum buang air kecil disana. Abis dingin sih. Ada kelucuan disini. Seorang anak kecil, sudah menanti dekat kotak uang. Pas aku mau masukkan uang ke kotak itu, anak itu berujar "pak uangnya jangan dimasukkan di kotak ya", lalu aku membalas "kenapa? Ayo kenapa gak boleh dimasukkan ke kotak?" . "Untuk saya aja pak" pintanya. Dengan rasa iba akhirnya aku turuti permintaannya dan kebetulan ada dua anak kecil perempuan dan ku beri seribu masing-masing. Dalam hatiku apakah aku mendidik? ya udah hanya tuhan yang tau.
Lalu setalh itu, kami lanjutkan kembali ke tujuanawal. Mau kemana lagi setelah ini. Si macan belum ngasi usulan. Aku penasaran dengan jalan yang arahnya kalo ke kiri ke lembang, ke kanan bandung, dan lurus ke Maribaya. Bagiamana kita ke maribaya? Dia setujua lagi...pasti itu.
Akhirnya kami melumcur lagi ke maribaya. Sepanjang jalan aku merasa bahwa jalan ini pernah aku lewati, tapi kapan ya. Bisa-bisa 12 atau 13 tahun yang lalu. Atau malah saat aku masih di SMA 7 Bandung dulu. Aku lupa.
Tapi si macan rupanya ingat. Dia pernah jalan kemaribaya dengan "geng motor" nya. Dengan semangat dia mengatakan "ya ya ya di depan ada air terjun maribaya" tapi aku balik bertanya " kalo jalan terus tembus kemana?" Dia ngak tau rupanya.
So akhirnya kami melewati tempat wisata maribaya. Kalau hanya untuk melihat air terjun gak enak. Akhirnya kami putuskan untuk jalan terus dan terus pingin tau sampai dimana nih jalan. Untuk pastinya aku harus bertanya nih. Dan pas ada penduduk, aku sempatkan bertanya " Pak jika terus bisa tembus kemana pak? Penduduk itu menjawab "buntu dek, sampai ke perkebunan saja". Tambah penasaran aku. Makanya aku pikir perlu terus nih jalan. Sampai kemana ujungnya.
Ditengah jalan aku merasakan bahwa aku pernah melewati jalan ini. Ada pemandangan yang aku rasakan bahwa aku pernah lewati ini jalan. Rasa penasaranku memencak dan aku bertanya lagi dengan penduduk yang sedang mengengkol motornya. "Pak lusur bisa tembus kemana?" tanya ku penasaran. Penduduk itu menjawab "bisa ke ujung berung pak". Hah bisa ke ujung berung? aku kaget. Lalu aku lihat si macan dan bertanya "ke ujungberung? kita terus?" Dia jawab terus aja. Yang jelas dia gak nyetir. Keenakan dia. Ha ha ha
Akhirnya rasa penasaranku terjawab, setelah melihat plang perkebunan kina bukit tunggul. Aku memang pernah melewati jalan ini dan pergi ke bukit tunggul.
Jalan sepanjang perkebunan kina ini, jalannya berbatuan tidak beraspal, jadi kami tidak bisa meluncur di atas 20 km. Malah aku bilang 2 km, padahal yang kulihat itu Rpm....simacan yang protes...malu aku ha ha ha dasar si macan...tukang protes bersambung.....
Keluar dari cijeruk lembang, kami masih belum ada tujuan jelas. Mau kemana lagi. Kalo gak salah jam menunjukkan 15.00 deh. (ini kira2 aja) loh. Dari pasar lembang, ada kepikiran mau tembus ke sersan bajuri. Tapi aku belum pernah ke jayagiri. Katanya lewat jayagiri kita bisa ke tangkuban perahu pakai jalan kaki. Bagiamana kalo kita ke sana? ujarku memberi usulan ke si macan. Dia setuju aja. Tanpa ragu lagi kami meluncur ke Jayagiri. Dan akhirnya memang benar, sampai di Jayagiri, memang mobil gak bisa terus lagi. Kita harus jalan kaki jika mau terus ke Tangkuban Perahu.
Di jayagiri, aku sempat...he he he maklum buang air kecil disana. Abis dingin sih. Ada kelucuan disini. Seorang anak kecil, sudah menanti dekat kotak uang. Pas aku mau masukkan uang ke kotak itu, anak itu berujar "pak uangnya jangan dimasukkan di kotak ya", lalu aku membalas "kenapa? Ayo kenapa gak boleh dimasukkan ke kotak?" . "Untuk saya aja pak" pintanya. Dengan rasa iba akhirnya aku turuti permintaannya dan kebetulan ada dua anak kecil perempuan dan ku beri seribu masing-masing. Dalam hatiku apakah aku mendidik? ya udah hanya tuhan yang tau.
Lalu setalh itu, kami lanjutkan kembali ke tujuanawal. Mau kemana lagi setelah ini. Si macan belum ngasi usulan. Aku penasaran dengan jalan yang arahnya kalo ke kiri ke lembang, ke kanan bandung, dan lurus ke Maribaya. Bagiamana kita ke maribaya? Dia setujua lagi...pasti itu.
Akhirnya kami melumcur lagi ke maribaya. Sepanjang jalan aku merasa bahwa jalan ini pernah aku lewati, tapi kapan ya. Bisa-bisa 12 atau 13 tahun yang lalu. Atau malah saat aku masih di SMA 7 Bandung dulu. Aku lupa.
Tapi si macan rupanya ingat. Dia pernah jalan kemaribaya dengan "geng motor" nya. Dengan semangat dia mengatakan "ya ya ya di depan ada air terjun maribaya" tapi aku balik bertanya " kalo jalan terus tembus kemana?" Dia ngak tau rupanya.
So akhirnya kami melewati tempat wisata maribaya. Kalau hanya untuk melihat air terjun gak enak. Akhirnya kami putuskan untuk jalan terus dan terus pingin tau sampai dimana nih jalan. Untuk pastinya aku harus bertanya nih. Dan pas ada penduduk, aku sempatkan bertanya " Pak jika terus bisa tembus kemana pak? Penduduk itu menjawab "buntu dek, sampai ke perkebunan saja". Tambah penasaran aku. Makanya aku pikir perlu terus nih jalan. Sampai kemana ujungnya.
Ditengah jalan aku merasakan bahwa aku pernah melewati jalan ini. Ada pemandangan yang aku rasakan bahwa aku pernah lewati ini jalan. Rasa penasaranku memencak dan aku bertanya lagi dengan penduduk yang sedang mengengkol motornya. "Pak lusur bisa tembus kemana?" tanya ku penasaran. Penduduk itu menjawab "bisa ke ujung berung pak". Hah bisa ke ujung berung? aku kaget. Lalu aku lihat si macan dan bertanya "ke ujungberung? kita terus?" Dia jawab terus aja. Yang jelas dia gak nyetir. Keenakan dia. Ha ha ha
Akhirnya rasa penasaranku terjawab, setelah melihat plang perkebunan kina bukit tunggul. Aku memang pernah melewati jalan ini dan pergi ke bukit tunggul.
Jalan sepanjang perkebunan kina ini, jalannya berbatuan tidak beraspal, jadi kami tidak bisa meluncur di atas 20 km. Malah aku bilang 2 km, padahal yang kulihat itu Rpm....simacan yang protes...malu aku ha ha ha dasar si macan...tukang protes bersambung.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar