Narsis, Asyik Nggak Sih?
Ini termasuk gangguan kepribadian.
Mungkin kata satu ini sudah sering kita dengar. Narsis. Bahkan, ada seorang artis remaja yang ngaku terang-terangan kalau dia memang narsis. Mungkin narsis yang kamu tahu cuma sebatas pada sifat mencintai diri sendiri. Bener nggak sih? Sebenarnya apaan sih narsis? Boleh dibilang nih narsis adalah orang yang memuja dirinya sendiri. Orang seperti ini sangat mencintai dirinya secara berlebihan dan tak peduli dengan orang lain.
Kalau Ibu Dra Roslina Verauli MPsi bilang, ''Orang yang narsis juga merasa dirinya lebih tinggi dibanding orang lain.'' Psikolog dari Empati Development Center menilai narsis sudah tergolong ke dalam gangguan kepribadian.
Beda nggak sih narsis dengan percaya diri? Ternyata, beda banget. Percaya diri adalah sikap yang penting untuk dimiliki. Sedangkan, narsis perlu kamu jauhi.
Narsis sendiri, kata ibu psikolog kita yang biasa disapa Bu Vera ini, bisa muncul pada seseorang akibat berbagai penyebab. Seperti akibat faktor kepribadian karena ini memang bawaan lahir. Seperti genetik gitu. Selain itu, narsis pun bisa muncul karena faktor lingkungan. Misalnya saja, gara-gara terlalu diperlakukan istimewa oleh orang tuanya seperti memperlakukan putri atau pangeran. Padahal, keadaannya biasa-biasa aja. Nah, biar jelas, Bu Vera mengungkap ciri-ciri orang yang tergolong narsis.
* Orang narsis merasa lebih penting dan besar dibanding orang lain. Contohnya, dia merasa paling hebat dalam hal prestasi, bakat, dan karier.
* Punya fantasi untuk mencapai sukses dan kekuasaan yang sangat tinggi. Walaupun hal itu mustahil untuk bisa dicapai.
* Merasa dirinya begitu unik dan beda dengan yang lainnya. ''Dia akan merasa lebih tinggi statusnya serta lebih cantik atau ganteng dibanding orang lain,'' papar alumnus Fakultas Psikologi Universitas Indonesia ini.
* Selalu merasa butuh pengakuan yang berlebihan dari orang lain.
* Mereka yang narsis selalu berharap yang tak masuk akal untuk diperlakukan oleh orang lain. ''Orang yang narsis selalu ingin diperlakukan istimewa, meski dirinya sebenarnya tak istimewa.''
* Narsis juga cenderung manipulatif dan selalu mengeksploitasi orang lain untuk kepentingan dirinya.
* Nggak bisa berempati pada orang lain. Ya, orang seperti ini nggak akan merasa peduli dengan apa yang menimpa orang lain. Misalnya saja, bila ada temannya yang terkena musibah, orang narsis tak akan peduli.
* Selalu arogan.
Kalau kamu merasa punya lima saja ciri-ciri seperti itu, sori banget nih berarti kamu sudah tergolong narsis. Seperti Bu Vera udah bilang, narsis itu termasuk gangguan kepribadian. Tentu saja nggak sehat dan harus segera diatasi dengan cara berkonsultasi dengan psikolog.
''Tapi, kalau masih di bawah lima (ciri), masih tergolong kecenderungan narsis,'' tutur penulis buku berjudul I Was An Ugly Duckling, I Am A Beautiful Swan ini.
Biasanya nih, kata dosen psikologi di Universitas Tarumanegara Jakarta ini, orang yang narsis akan sangat sulit untuk beraktivitas. Bahkan, perkembangan sosialnya juga akan terganggu. ''Orang yang narsis tentu nggak akan bisa bersosialisasi,'' paparnya. Sehingga, ia akan selalu terhambat dengan dirinya sendiri.
Bisa ditebak dong, kalau kita punya sifat seperti ini, teman-teman kita bakal lebih suka ngacir daripada berakrab-akrab. So, lebih baik pelan-pelan mulai kikis abis sifat seperti ini. Bergaul dengan banyak orang tanpa membeda-bedakan pasti jauh lebih asyik deh. Nggak percaya? Coba aja.
'Low Profile Aja Deh'
Kata narsis kayaknya tidak ada dalam kamus Nadia Indriana Chaidir, siswi SMA Dwi Warna Boarding School Bogor. ''Kalau sudah narsis, itu namanya takabur,'' katanya.
Padahal, dia punya seabrek potensi untuk jadi narsis. Pemenang kontes Puteri Sains 2005 ini nggak cuma punya otak encer, tapi penampilannya juga enak dilihat.
Soal ini, Nadia cuma bilang semua yang dimilikinya itu adalah amanah dan karunia dari Sang Pencipta. ''Alhamdulillah, Allah karuniakan semua ini kepada saya,'' ujar gadis kelahiran Jakarta, 10 September 1988 ini. Nadia bahkan mengaku nggak suka dengan sikap yang mengarah pada narsis.
Tapi, cewek yang bercita-cita menjadi dokter ini juga bilang mencintai diri sendiri memang penting. Tapi, nggak berlebihan, dong. Kalau ada temannya yang narsis, Nadia mengaku sangat menyayangkan. Bagi dia, kelebihan yang dimiliki seseorang nggak akan ada artinya kalau muncul sifat narsis. ''Sikap narsis itu justru akan menjadi nilai minus bagi seseorang,'' kata Nadia yang langganan menyabet gelar juara ini.
Nadia mengaku punya teman yang cenderung narsis. ''Teman saya itu memang cantik dan pinter banget. Sayangnya agak narsis,'' ucapnya. Melihat temannya yang selalu membanggakan dirinya itu, Nadia mengaku cuma bisa ketawa saja. ''Cukup menilai dalam hati.''
Kalau Karina Rachmadini punya pendapat sendiri. ''Setiap orang memang memiliki kecenderungan untuk narsis. tapi lebih baik normal aja deh,'' kata siswi kelas II SMAN 46 Jakarta yang biasa dipanggil Karin ini. Soalnya, mencintai diri sendiri sebenarnya normal-normal saja. Asal, nggak berlebihan. Nah, kalau orang narsis biasanya cenderung mengabaikan orang lain. Kalau sudah begini nih, sikap narsis akan merugikan diri sendiri.
Bagaimana bila temanmu ada yang narsis? Buat Karin, hal itu nggak jadi masalah. ''Asalkan, sikap narsisnya itu nggak ngeganggu gue,'' kata cewek yang ternyata pernah meraih juara lomba MTQ ini. Punya teman yang narsis? ''Ada dong,'' kata Karina. Ada beberapa malah. ''Aku cuma menyayangkan aja. Seharusnya kan, kita selalu low profile,'' tuturnya.
Karin punya jurus sendiri untuk mengatasi munculnya narsis. Kata dia, sebagai seorang Muslimah dirinya selalu bersyukur atas nikmat dan kelebihan yang diberikan Allah SWT. Cewek yang bercita-cita jadi penulis ini selalu menyadari bahwa di atas dirinya ada yang lebih tinggi. Ya, di atas langit memang ada langit. Dengan begitu, nggak ada deh yang bisa disombongkan.
(sumber : www.republika.co.id)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar