Manusia dalam korelasi timbal balik terhadap lingkungan hidup manusia. Lingkungan hidup manusia ada 3 baik lingkungan alam, sosial dan lingkungan transenden. Itulah yang dihadapi manusia. Dalam menghadapi lingkungan, manusia harus bisa menyesuaikan dengan lingkungan. Untuk menyesuiakan itu manusia harus dibantu oleh alatnya. Keseluruahn alat itulah yang disebut kebudayaan. Bayangkan kebudayaan itu betapa luasnya karena alat untuk menyesuaikan diri, baik terhadap lingkungan alam, lingkungan sosial (adanya manusia lain) dan lingkungan yang kreasi dari imani manusia, karena manusia punya dilengkapai dengan sesuatu kesadaran yang abstrak.
Dalam menciptakan kebudayaan, kebudayaan selalau merupakan buatan manusia (kreasi manusia) maka manusia harus bekerja sama dengan manusia lain, karena manusia tidak mampu sendirian. Dan karena ada maunya dan ada tujuannya dalam membuat alat, alat itu tidak pernah sama waktu kewaktu atau tempat satu dengan tempat lainnya, kondisi lingkungantidak pernah sama. Walaupun kondisi lingkungannya sama, maka manusianya yang berbeda, dan konsep tentang transenden juga beda jadi jelas alatnya juga tidak mungkin sama. Dan dalam berkawannya manusia untuk kepentingan itu, maka perlu diatur, perlu diorganisasikan. Jadi organisasi merupakan kumpulan dari beberapa manusia yang memiliki tujuan yang sama. Organisasi yang karena dalam rangka mengembangkan kebudayaan tentu saja organisasi pun tidak pernah sama, dari waktu ataupun dari segi lokasinya. Organisasi juga sangat kompleks.
Organisasi yang merupakan bentukan manusia, Budaya organasasi sangat mendasar keberadaannya terkait dengan eksistensi manusia. Organisiasi juga ada yang dilihat tidak berdasarkan persefektif budaya berarti bersifat alami. Manusia adalah makhluk alam, manusia sebagai mahkluk alam, dia juga berkawan, tapi berkawannya, punya pola ikatan, layaknya semut, gajah, ikan, tikus, makanya manusiapun ada, manusia berkawan secara bukan culturly, tetap naturaly, biologically, yang berkawan dalam kaitanya dengan manusia memiliki insting berkawannya layak binatang. Tapi manusia tidak seperti binatang, kalau binatang sepanjang hayat hidupnya semata-mata dikendalikan oleh instingnya, oleh nalurinya. Manusia bukan tidak punya naluri atau insting, tapi punya juga kayak binatang, insting untuk berkawan, insting untuk sexnya, insting. nalusri sayang, marah itu perlu juga. Tapi manusia berbedanya dengan binatang, manusia itu jika hanya mengandalkan instingnya dia tidak akan bisa bertahan hidup. Jika binatang tidak masalah jika hanya mengandalkan naluri insting saja, karena binatang itu dengan wujud beribu jenis, setiap jenis memang sudah ditetapkan lingkungan habitat alami dan telah diberi bekal sehingga dia mampu untuk bertahan hidup, lain hal nya dengan manusia dalah makhluk yang tidak diberikan kelengkapan badani, kelengkapan tubuh, kelengkapan organisme, anatomis untuk bisa bertahan hidup dimanapun, untuk itu manusia jika mengandalkan dorongan alami maka tidak akan berhasil bertahan hidup, karena lingkungan itu berbagai panas dan dingin. Dan untuk itu manusia harus mendapat bantuan alat, dan alat itu dikembangkan melalui keterikatan antar dua orang atau lebih manusia yang terorganisasi. Hal ini dalam kehidupan manusia menjadi dominan sekali dalam kesehariannya. Yang muncul kepermukaan adalah yang istilahanya Nutral (buatan) melaui wadah Organisasi by Culture, Manusia juga punya organisasi by nature seperti binatang, hanya dominated organisasi by culture
Gambar lingkaran besar diatas oval ini adalah yangmenyangkut dua segitiga dibawah yaituasfek social dan budaya. Dua asfek ini tidak dimiliki oleh bintanag, Bianatang hanya aspek alami saja. Asfek social dan budaya ini merupakan buatan manusia. Modalnya adalah amalami, seperti rasa lapar, marah, haus, kekuatan otot, metabolisme. Asfek ini kecil karena tidak memiliki peran yang besar, yang sangat berperan dipermukaan adalah hasil olahan. Nah itulah organisasi. Organisasi betapa sangat luas sekali organisasi by culture yang membudaya dan kita tidak perhatikan organisasi ny nature. Yang mendominasi kehidupan manusia itu, karena itu dasarnya adalah dalam rangka kerjasama sebagai antar manusia sebagai makhluk sosial dalam menciptakan alat, keseluruha alat itu adalah kebudayaan dalam menghadapai lingkungan, baik lingkungan alam, sosial maupuan trandensintal. Komplek sekali.
Kemudian diturunkan dalam ketiga lingkaran yang saling over lep yaitu secara teoritis organisasai yangdikembangkanoleh olahan akal manusia yang dapat dikatagorikan organisasi privat, public dan social. Manusia tidak akan lepas dari ketiganya. Organisasi public sebagai manpoint dalam studi kita Managemen Sumber Daya Aparatur. Batas ketiga katogaori tersbut tidak bisa dihitamputihkan.
Kemudian dari ketiganya tidak ada yang didahulukan, prilaku normative, perilaku yang diatur oleh norma, norma yang tidak alami, norma yang bentukan, norma olahan. Prilaku normatif yang sering disebut disebut Perilaku Sosial (Social Behavior), yaitu perilaku yang yang disebabkan faktor sosios, ada maksudnya, yang tergantung situasional. Lain halnya dengan prilaku biolagis, namun prilaku itu didiminated by culture, Tapi saat dominasinya kurang maka akan muncul instingtif atau naluri. Masnusia sehat, manusia dewasa penuh dengan pertimbangan olahan akal. Jadi perilaku normative atau prilaku social maka terkait dengan perilaku organisasi.
Perilaku organisasi merupakan perilaku manusia dalam kontek menghadapi banyak pilihan atau alternative yang terkait dengan nilai. Perilaku yang menjadi ada nilai baik buruknya, pantas tidak pantaskah, sopan dan tidak sopankah. Masalah penilaian sangat komplek dan perilkau yang penuh dengan tantangan. Dalam menghadapi keharusan memilih supaya mengurangi kesalahan itu, manusia menciptakan norma atau aturan. Norma itu merupakan salah satu yang esensial dalam organisasi. Norma itu berbeda-beda. Contoh manusia disebut makhluk Homo Luden yaitu makhluk yang bermain. Namun main terus, baru yang gak tepat. Manusia juga dijuluki homo ekonomicus, homo politikus, homo sosio, homo relegiusus dll. Dalam eksistensinya semua sifat itu ada, namun akan muncul bila sifat itu menjadi dominan. Inilah tantangan yang dihadapi manusia. Makanya harus ada norma sosial, yang mengatur perilaku yang socially.
Ada dua katagori Norma yaitu yang dikatagorikan Hukum dan Etika. Keduanya saling overlep, ada interface artinya masalah hukum dan etika saling ketersingungan, tapi tidak besar, tetap ada, hakekatnya, yang etika bukan hukum dan tidak bisa disamakan. Tapi hukum yang katakankah jelas tegas tertulis aturannya jelas ada, yang dituntut bukti materil, bahwa hakim diberi kewenangan untuk pertimbangan-pertimbangan yang non yuridis, yaitu yang bersifat etis, intinya pada lebih ke nurani, kemanusian dan tidak bisa diformula. Ini pada manusia yang dikenal dengan Etika. Bukan hanya mempertimbangkan, menempatkan sebagai salah satu ukuran pokok adalah nurani. Tapi bukan hanya nurani. Ukuran etis atau tidak etisnya suatu prilaku itu bukan hanya dilihat dari nurani tapi juga melihat pertimbangan terjaganya kelompok, terjaganya norma ajaran dogma, ideology.
Kesimbangan ini sulit dicapai, sehingga dalam kehidupan manusia kita kenal Dilematis, Dilema Etis. Tetapi sama dengan hukum tadi dalam kehidupankita dikenal dengan kode etik. Apabila sudah menjadi Kode Etik sudah menjadi ketetapan atau hokum. Seprti Kode etik profesi, kode etik dokter, kode etik pengacara.
Dalam organsisasi juga demikian memiliki hukum dan etika. begitu juga organisasi pemerintah. seperti PP 10 tahun 1983 tentang izin perkawinan dan perceraian bagi pegawai negeri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar